Pernahkah kalian terhanyut dalam rindu yang tak terucap saat menikmati makanan tertentu? Aku mengalaminya setiap kali memakan seblak. Rasanya seolah membawa aku kembali ke masa lalu, ke momen-momen yang tak bisa diulang. Setiap suapan menghadirkan kenangan manis yang tak tergantikan, membangkitkan rindu akan kebersamaan yang pernah ada. Pedasnya seblak bukan sekadar sensasi di lidah, tetapi juga simbol dari rindu yang menyengat, namun sekaligus menghangatkan hati.
Dulu, setiap selesai kelas, Aku dan teman-temanku selalu pergi ke warung seblak langganan kita yang ada di dekat kost-an temanku. Dengan suasana warung yang ramai dengan dentingan sendok dan mangkuk dipadukan dengan tawa dan cerita kami, yang bercampur dengan aroma pedas seblak yang menggoda. Suasana tersebut seolah kembali hadir disaat saya kembali menyantap seblak, suasana yang penuh dengan kebersamaan dengan teman-teman terasa begitu hangat dan tidak tergantikan.
Saat pedasnya seblak menyentuh lidah, emosi dan perasaan yang telah terpendam seolah olah terangkat, seperti meluapnya rasa rindu yang selama ini kupendam dan kusimpan rapat-rapat. Rasa rindu itu sulit kuungkap, rasa rindu pada momen kebersamaan yang sederhana namun berharga bersama mereka. Aku merindukan tawa mereka, candaan mereka, dan kebersamaan kami. Dari Rasa pedasnya seblak seolah menjadi pengingat dengan semua momen tersebut.
Pedasnya seblak seperti rasa rindu yang kadang menyengat dan membuat kita terus merasa ingin lebih, namun dari rasa tersebut tetap meninggalkan rasa hangat di hati dan membuat kita puas. Rindu ini mungkin tidak terucap, namun selalu tersemat di setiap suapan seblak yang saya makan. Saat ini, seblak menjadi sebuah penghubung antara aku dengan masa lalu, dengan kenangan yang selalu kurindukan.
Komentar
Posting Komentar